Bisnis.com, JAKARTA – Uni Eropa (UE) memperingatkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, bahwa blok tersebut akan mengambil tindakan balasan jika dia mengenakan tarif terhadap barang-barang Uni Eropa.
Hal tersebut merespons pernyataan Trump pada Jumat (31/1/2025) yang mengatakan bahwa dia “pasti” akan mengenakan tarif pada UE.
Komisi Eropa dan negara-negara anggota akan membahas kemungkinan tersebut dalam pertemuan tingkat menteri perdagangan di Warsawa pada Selasa (4/2/2025).
Baca Juga : Sentimen Tarif Trump Diprediksi Tekan Bursa Asia Hari Ini
Melansir Bloomberg pada Senin (3/2/2025), juru bicara Komisi Eropa mengatakan bahwa blok beranggotakan 27 negara tersebut pada tahap ini tidak mengetahui adanya tarif tambahan yang dikenakan pada produk-produk UE.
Dia menekankan bahwa hubungan perdagangan dan investasi dengan AS adalah yang terbesar di dunia.
Baca Juga : : Kanada dan Meksiko Balas Tarif Trump, Perang Dagang Makin Panas
Juru bicara tersebut mengatakan penggunaan tarif merugikan semua pihak. UE juga menyesali keputusan Trump yang mengenakan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan China.
“UE akan menanggapi dengan tegas setiap mitra dagang yang secara tidak adil atau sewenang-wenang mengenakan tarif terhadap barang-barang UE,” kata juru bicara tersebut. “Ada banyak hal yang dipertaruhkan.”
Baca Juga : : Impak Perang Dagang bagi RI usai Trump Kerek Tarif Impor dari China dkk
Sementara itu, melansir Politico, Menteri Perindustrian Perancis Marc Ferracci melangkah lebih jauh dengan menuntut tanggapan yang menggigit dari Brussel, yang mengelola hubungan perdagangan atas nama 27 negara anggota UE.
“Negosiasi perdagangan dengan Donald Trump harus mengambil bentuk dinamika kekuasaan,” kata Ferracci kepada France Info.
Mengingat ancaman Trump untuk mengenakan tarif terhadap Uni Eropa, Ferracci mengatakan dengan jelas bahwa pihaknya harus bereaksi. Namun, dia menambahkan bahwa pihakya menunggu keputusan pemerintah AS mengenai apa yang akan menjadi perhatian Eropa.
Ferracci menambahkan, agar tindakan penanggulangannya efektif, respon yang diberikan harus fokus pada produk-produk yang penting bagi AS dan “harus ‘menggigit’, artinya harus berdampak pada perekonomian AS agar bisa menjadi ancaman yang masuk akal dalam perundingan. Dia juga meminta Brussel untuk tidak naif dan menyusun “Undang-Undang Beli Eropa.”
Sementara itu, Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menekankan manfaat perdagangan terbuka, namun pada saat yang sama mengisyaratkan bahwa UE memiliki kemampuan untuk merespons setiap tindakan potensial yang dilakukan AS.
“Penting bagi kita untuk tidak memecah belah dunia dengan berbagai hambatan tarif,” kata Scholz pada hari Minggu setelah bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Inggris.
Dia juga mengatakan, UE adalah wilayah ekonomi yang kuat dan mempunyai tindakannya sendiri.
Sebaliknya, Menteri Keuangan Jerman Jörg Kukies mendesak masyarakat Eropa untuk tetap tenang dan melanjutkan.
“Seseorang tidak boleh bereaksi terhadap keputusan pertama dengan panik, tetapi melihatnya sebagai awal dari negosiasi dan bukan sebagai akhir,” katanya seperti dikutip oleh Frankfurter Allgemeine Zeitung selama perjalanan ke Teluk Persia pada hari Minggu.
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani memilih nada hati-hati. Dalam unggahannya di X, Tajani mengatakan perang tarif tidak baik bagi siapa pun.
“Kami memiliki ide dan strategi untuk melindungi perusahaan kami dengan Italia menjadi duta terbaik UE dalam dialog dengan Washington,” katanya.
Sementara itu, ketua komite perdagangan internasional Parlemen Eropa, Bernd Lange, menggambarkan tarif Trump sebagai pelanggaran hukum internasional.
“UE sekarang harus bersiap untuk mempertahankan kepentingan ekonomi kami 1:1,” katanya.
Lange juga menyerukan Brussels untuk menstabilkan dan segera memperluas hubungan perdagangan dengan negara-negara lain.
Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, mengeluarkan pesan video pada Sabtu (1/2/2025) yang memberitahu masyarakat bahwa ada alasan untuk khawatir tetapi tidak perlu takut setelah menyebutkan perkembangan terkini termasuk imigrasi tidak teratur, perang Rusia di Ukraina dan ancaman tarif Trump.