KOMPAS.com – Study tour atau perjalanan wisata edukasi adalah bentuk kegiatan belajar yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah.
Study tour diadakan oleh pihak sekolah untuk memberikan pengalaman belajar di luar kelas, dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau objek wisata yang relevan dengan materi pelajaran.
Kegiatan study tour, yang sudah sejak lama menjadi bagian dari dunia pendidikan Indonesia, kini menuai pro dan kontra.
Bahkan, beberapa pemerintah daerah melarang study tour dan menindak tegas sekolah yang tetap mengadakannya.
Sebenarnya sejak kapan study tour mulai diadakan di sekolah-sekolah Indonesia? Simak asal-usulnya berikut ini.
Baca juga: Sejarah Sekolah Kartini, Lahir dari Semangat Emansipasi RA Kartini
Asal-usul Study Tour
Merunut sejarahnya, study tour berawal dari Grand Tour yang diadakan di Eropa pada abad ke-16 dan ke-17.
Grand Tour adalah cara bagi guru untuk mendidik siswa di Inggris dari goongan kelas atas.
Destinasi dari wisata edukasi mereka adalah Perancis dan Italia, dengan melalui Jerman dan Swiss.
Grand Tour diharapkan bisa memberi gambaran secara langsung mengenai peradaban kuno dari reruntuhan bangunan dan karya seni seperti lukisan, patung, serta arsitektur.
Pada masa itu, Grand Tour biasanya memakan waktu lama, bahkan sekitar dua hingga tiga tahun.
Bermula dari Inggris, gaya wisata edukasi seperti Grand Tour kemudian menyebar ke kalangan bangsawan Perancis, Polandia, dan Venesia.
Pada abad ke-19, tren Grand Tour menurun, tetapi berkembang menjadi berbagai bentuk wisata edukasi seperti study tour sekarang ini.
Baca juga: Sejarah OSVIA, Sekolah PNS Zaman Hindia Belanda
Di Asia, Jepang tercatat sebagai negara pertama yang menerapkan sistem wisata edukasi, tepatnya di era Restorasi Meiji (1868-1912).
Pada tahun 1946, wisata edukasi secara resmi dimasukkan ke dalam sistem pendidikan Jepang, dan menjadi kegiatan rutin di sekolah-sekolah Jepang.
Pada tahun 1980-an, Korea Selatan mengikuti jejak Jepang dengan mulai mempromosikan wisata edukasi di seluruh negeri.
Pada saat itu, diperkirakan banyak negara telah memasukkan wisata edukasi ke dalam sistem pendidikan mereka, meskipun bentuk dan tujuannya mungkin berbeda-beda.
Meski tidak ada data pasti terkait kapan study tour mulai diadakan oleh sekolah-sekolah di Indonesia, diperkirakan kegiatan ini sudah ada sejak 1980-an dan semakin populer di tahun 1990-an, seiring berkembangnya sektor pendidikan dan kesadaran akan pentingnya pembelajaran di luar kelas.
Kegiatan study tour biasanya dengan mengunjungi tempat-tempat wisata edukasi seperti museum dan situs sejarah, serta tempat-tempat yang memiliki nilai budaya yang tinggi.
Baca juga: Respons Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme di Bidang Pendidikan
Study tour diadakan untuk memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa agar wawasan mereka semakin luas.
Kini, beberapa pemerintah daerah mulai melarang study tour, baik dari tingkat PAUD hingga SMA.
Study tour dilarang karena besarnya anggaran yang dapat membebani orang tua siswa.
Selain itu, alasan pelarangan study tour hingga ke luar kota, bahkan luar provinsi, juga berkaitan dengan cuaca ekstrem dan tingginya angka kecelakaan pada rombongan wisata edukasi sekolah, dalam beberapa tahun terakhir.
Â
Referensi:
- Li, Ping dan Huimin Liang. (2020). Factors influencing learning effectiveness of educational travel: A case study in China. Journal of Hospitality and Tourism Management, 42: 141-152.