MATARAM, KOMPAS.com – Video penertiban rumah singgah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diunggah pada Kamis (20/2/2025) menjadi viral di media sosial.
Dalam video tersebut, terlihat suasana ricuh saat sejumlah orang naik ke lantai dua dan mulai merusak tembok rumah singgah semipermanen.
Ketegangan semakin meningkat ketika pasien dan keluarga pasien yang berada di dalam rumah singgah dipaksa keluar, karena lokasi tersebut akan dirobohkan.
Menanggapi video viral tersebut, Direktur RSUD NTB, dr Lalu Herman Mahaputra, atau yang akrab disapa dokter Jack, memberikan penjelasan.
Baca juga: Pensiunan ASN dan Istrinya Terusir dari Rumahnya, 7 Hari Tinggal di Rumah Singgah Bangkalan
“Bahwasannya rumah sakit ingin merelokasi rumah singgah yang ada ke tempat yang representatif,” ungkapnya saat dikonfirmasi di RSUD NTB, Sabtu (22/2/2024).
Dokter Jack menjelaskan bahwa rumah singgah yang baru nantinya akan lebih memudahkan akses pasien untuk kontrol karena lokasinya dekat dengan poliklinik.
“Lokasi sekarang ini sudah sempit dan di belakang nanti lebih luas. Mungkin nanti di sana bisa untuk masak, mencuci, dan lain sebagainya. Jadi ini lebih kepada penertiban yang ada di rumah sakit,” sebutnya.
Ia menambahkan bahwa pihak manajemen RSUD NTB telah berulang kali melakukan sosialisasi kepada pasien yang ada di rumah singgah terkait relokasi ini.
“Awalnya itu mereka setuju, bahkan kami merelokasi ke tempat yang lebih baik, lebih dekat akses pengobatan,” kata dokter Jack.
Rumah singgah ini diperuntukkan pasien-pasien yang rumahnya jauh dan tidak memiliki tempat tinggal di Kota Mataram, serta terjadwal untuk kontrol.
Manajemen rumah sakit menginisiasi agar pasien bisa diberikan tempat di rumah singgah secara gratis.
Baca juga: Video Viral, 2 Perempuan di Maluku Aniaya Seorang Siswi SMA karena Cemburu
Menanggapi narasi dalam video yang menyebutkan bahwa rumah sakit menyewa preman, dokter Jack menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar.
“Saya atas nama direktur dan seluruh jajaran rumah sakit adalah pelayan masyarakat. Melayani masyarakat, untuk apa kami mau sewa preman? Saya tidak pernah sedikit pun terlintas untuk itu.”
“Jadi mungkin yang dimaksud itu kan kami memberikan pihak ketiga untuk membangun di belakang mereka punya tukang. Enggak ada preman, tukang itu,” ujarnya.
Dokter Jack juga menjelaskan bahwa kapasitas rumah singgah yang diperuntukkan pasien di RSUD NTB sekitar 8-10 orang.
Selanjutnya, pihak rumah sakit akan melakukan perbaikan dengan melakukan registrasi untuk pasien dan keluarga pasien yang tinggal di rumah singgah.
“Ke depan nanti akan kami tertibkan, jadi semua yang berkunjung teregistrasi siapa pasien? Keluarga pasien? Sakitnya apa? Supaya nanti teregistrasi. Kalau sekarang inginkan memang belum mendata sepenuhnya,” tutup dokter Jack.