MALANG, KOMPAS.com – Hamparan hijau tanaman hortikultura di Dusun Ngudi, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menyegarkan pandangan mata.
Di berbagai sudut, setiap petani tampak sibuk dengan tanaman pertanian masing-masing. Ada yang sedang memupuk, menyiram, dan ada juga yang sedang memanen.
Di salah satu lahan yang baru saja dibajak, tampak Rizal Mahendra Wijaya (25) sedang sibuk memasukkan serpihan-serpihan tanah ke dalam tabung reaksi.
Rizal terlihat tenang memasukkan butir per butir tanah ke dalam 6 tabung reaksi yang sudah dibawanya, meski siang itu, Kamis (19/2/2025), Desa Tawangargo sudah mulai gerimis.
Setelah masing-masing tabung terisi tanah, Rizal kemudian memasukkan campuran cairan kimia. Sedangkan temannya, Rian Issac Arfendo Pradana (27) yang berada di sampingnya membantunya menunjukkan cairan kimia jenis apa yang harus dicampurkan ke setiap botol reaksi yang sudah berisi tanah itu.
“Kalau setiap tabung reaksi ini sudah terisi tanah dan dicampur dengan cairan kimia yang berbeda-beda ini, maka tinggal menunggu reaksinya selama 10 menit,” ungkap Rian kepada Kompas.com.
Baca juga: Padi Biosalin Disebut Jadi Kunci Wujudkan Pertanian Berkelanjutan Masa Depan Kota Semarang
Ya, kedua pemuda ini sedang menguji unsur hara tanah dari salah satu lahan pertanian warga yang siap ditanami selada di kawasan pertanian zona Tawangargo Smart-Eco Farming Village (Tameng), Kamis (19/2/2025) siang. Kedua pemuda itu menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat pengukur kadar unsur hara tanah, meliputi nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan pH tanah sawah.
Baca juga: Polemik SHM di Atas Laut Sumenep, Tidak Pernah Jadi Lahan Pertanian atau Tambak Garam
Setiap lahan di zona Tawangargo Smart-Eco Farming Village (Tameng), yang hendak ditanami, tidak akan luput dari pengujian unsur hara dari kedua pemuda ini. Rizal dan Rian memang mendapat tugas khusus, sebagai bagian dari anggota kelompok tani (Poktan) Agronova Vision, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso.
Setelah selesai proses pengujian tanah, Rizal dan Rian akan melaporkan hasilnya ke Kelompok Tani (Poktan) Agronova Vision, untuk direkomendasikan ke petani, terkait unsur hara apa saja yang harus diperbaiki sebelum lahan ditanami, serta rekomendasi penggunaan pupuk agar benar-benar presisi atau sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Tidak heran jika setiap tanaman hortikultura di sana terlihat lebih hijau dan subur, berkat proses pemupukan yang presisi.
Tujuh tahun lalu, Rian dan Rizal tidak pernah berpikir bakal berkecimpung di dunia pertanian seperti saat ini. Rian, sebagai lulusan Keperawatan dan Rizal lulusan Teknik Sipil, mereka sama-sama berekspektasi untuk terjun di dunia yang sesuai dengan konsentrasi akademiknya.
Namun, konsep pertanian modern berbasis teknologi yang ditawarkan oleh PT Petrokimia Gresik melalui program Tawangargo Smart-Eco Farming Village (Tameng) mengubah obsesi mereka. Sistem pertanian modern ini membuat keduanya tertarik pada di dunia pertanian.
“Dulu sebelum ada program Tawangargo Smart-Eco Farming Village (Tameng), petani di sini rata-rata bertani secara manual. Tentu saja, saya, dan rata-rata generasi Z pastinya kurang tertarik ke sistem pertanian semacam itu. Selain capek, hasilnya juga tidak terlalu signifikan,” ungkap Rian kepada Kompas.com.
Baca juga: Lapas Banyuwangi Bagi-bagi Sayur Segar Hasil Pertanian Warga Binaan
Selain Rian dan Rizal, ada 10 orang generasi Z lain, yang saat ini tergabung dalam Poktan Agronova Vision untuk turut mengembangkan program Tawangargo Smart-Eco Farming Village (Tameng) itu.
Tawangargo Smart-Eco Farming Village (Tameng) sendiri merupakan program pertanian modern yang diinisiasi PT Petrokimia Gresik pada tahun 2022 lalu, bekerja sama dengan Poktan Agronova Vision, yang berlokasi di kawasan pertanian di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Kawasan pertanian ini, kini populer disebut Zona Tameng.
Sistem pertanian di Zona Tameng ini disebut modern karena mengaplikasikan pendekatan Climate Smart Agriculture melalui pemanfaatan teknologi modern seperti Smart Precision Farming, Internet of Things (IoT), sistem drip, dan alat uji tanah untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian.
Baca juga: Alat Pertanian Bantuan Pemprov Sulteng Dijual Rp 250 Juta, Hendak Diselundupkan ke Surabaya
Berbagai jenis tanaman
Luasan lahan pertanian yang masuk di Zona Tameng mencapai 40 hektar, dengan jumlah anggota petani tergabung sebanyak 55 orang. Lahan di sana secara keseluruhan dimanfaatkan untuk mengembangkan budidaya pertanian hortikultura, seperti tomat (Solanum lycopersicum, seledri (Apium graveolens), selada bokor (Lactuca sativa), bawang daun (Allium fistulosum), dan terong (Solanum melongena), dengan total ada 12 jenis tanaman hortikultura.
Sejak awal peluncurannya pada tahun 2022 lalu, PT Petrokimia Gresik memberikan Corporate Social Responsibility (CSR) berupa greenhouse yang bersungsi untuk mengatasi perubahan iklim, peralatan penggunaan solar cell berkekuatan 1800 watt untuk pembangkit listrik berbagai alat dan mesin pertanian (alsintan), seperti pompa air, water drip, dan sprinkle, serta fasilitas rumah pengolahan limbah pertanian untuk memproduksi pupuk organik cair dan agensia hayati yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya pertanian.
Greenhouse seluas 1.000 meter persegi itu, saat ini difungsikan sebagai pusat edukasi sistem pertanian hortikultura modern, dilengkapi dengan sistem drip atau irigasi tetes dan sprinkler menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.
Irigasi tetes dan sprinkler
Sistem drip atau irigasi tetes adalah sistem irigasi pertanian yang mengalirkan air melalui jaringan pipa dan didistribusikan secara perlahan ke zona akar tanaman menggunakan emitter. Sehingga memungkinkan air meresap ke dalam tanah.
Sedangkan irigasi sprinkler adalah sistem irigasi dengan penyemprotan air ke udara, kemudian jatuh ke tanah seperti curah hujan. Dalam sistem ini, air dialirkan melalui jaringan pipa, kemudian disemprotkan oleh sprinkler.
Kedua sistem irigasi ini, saat ini sudah diadopsi oleh sebagian para petani di zona Tameng dalam proses penyiraman dan pemupukan.
Local Hero Tawangargo Smart-Eco Farming Village (Tameng), Karmukit menyebut, dengan sistem irigasi itu, kinerja petani akan lebih efektif, karena kebutuhan air lebih terkendali sekaligus dapat menekan biaya operasional petani.
“Dengan sistem irigasi tetes ini, proses penyiraman dan pemupukan hanya butuh sekitar 5-10 menit per 1.000 meter, dengan total tanaman yang tersiram bisa mencapai ribuan. Misalnya tomat bisa mencapai 3.000 batang,” ungkapnya.
Baca juga: Demi Swasembada Pangan, Menteri PKP Minta Lahan Pertanian Tak Dibangun Perumahan
“Dengan biaya konsumsi bahan bakar minyak hanya senilai Rp 1.000,” imbuhnya.
Sebagian sistem irigasi tetes dan sprinkler khusus di zona Tameng itu tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak, melainkan memanfaatkan pembangkit listrik tenaga surya dari solar cell.
“Sebagian lahan yang kami jadikan percontohan sudah menggunakan bahan bakar tenaga surya untuk irigasi tetes dan sprinkler ini. Lahan lainnya sementara masih menggunakan bahan bakar minyak,” bebernya.
Baca juga: Menko Zulhas dan Mentan Amran Pimpin Rakor Pangan di Makassar, Bicara soal Akselerasi Pertanian
Ke depan, Karmukit menargetkan semua lahan yang masuk dalam zona Tameng diproyeksikan untuk menggunakan sistem irigasi tetes dan sprinkler berbahan bakar tenaga surya, dengan metode permodalan swadaya dari hasil tani masyarakat.
“Jadi sebagian hasil tani masyarakat anggota zona Tameng akan ditabung ke kelompok tani, kemudian akan digunakan untuk modal pembuatan irigasi tetes dan sprinkler berikut dengan panel tenaga suryanya. Saat ini sudah berjalan,” jelasnya.
Selain mengembangkan pertanian, Poktan Agronova Vision juga mengembangkan plant booster atau penguat tanaman organik yang diproduksi dari limbah pertanian, berpusat di rumah pengolahan limbah pertanian di kawasan zona Tameng.
“Plant booster ini mengandung kaya nutrisi untuk memperbaiki struktur tanah hingga mengoptimalkan pertumbuhan tanaman,” tuturnya.
Sejak program Tameng ini berjalan, mulai tahun 2022 lalu, banyak peningkatan sumber daya manusia (SDM) petani, sekaligus hasil pertanian tercatat meningkat sekitar 30 persen.
“Pekerjaan rumah (PR) kita saat ini yakni memperbaiki kesuburan tanah yang tergradasi akibat penggunaan herbisida di masa lampau,” bebernya.
Terakhir, Karmukit mengatakan bahwa dalam setiap tahap pengembangan program Tameng itu, pihaknya selalu melibatkan anak-anak muda yang tergabung dalam Poktan Agronova Vision, dengan harapan untuk memupuk kecintaan mereka pada dunia pertanian.
“Kombinasi pertaniaan dengan teknologi yang diaplikasikan di sini, alhamdulillah membuat anak-anak muda di sini kembali tertarik untuk terjun di dunia pertanian,” pungkasnya.
Solusi keberlanjutan pertanian
Senior Vice President (SVP) Sekretaris Perusahaan Petrokimia Gresik, Adityo Wibowo mengatakan, teknik climate smart agriculture yang ditawarkan Program Tameng itu memang sebagai solusi menjaga keberlanjutan pertanian serta meningkatkan pendapatan petani, sebagai upaya menjawab kendala perubahan iklim yang kerap dihadapi petani.
“Melalui program Tameng itu, petani dibina untuk mengimplementasikan smart precision farming untuk pertanian presisi dengan mengoptimalkan teknologi. Sekaligus mendorong regenerasi petani dengan membuat iklim tani yang lebih modern,” ungkapnya melalui sambungan telepon.
“Program Tameng ini juga salah kontribusi PT Petrokimia Gresik dalam mendukung program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL),” imbuhnya.
Manfaat regenerasi dan teknologi pertanian
Pakar Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya, Dr. Sujarwo mengatakan, regenerasi petani dan adaptasi teknologi dalam sistem pertanian sangat diperlukan di era saat ini.
“Kalau boleh saya bilang pentingnya regenerasi petani dan penggunaan teknologi dalam sistem pertanian itu, sifatnya final,” ungkapnya melalui sambungan telepon, Jumat (21/2/2025).
Salah satu manfaat penggunaan teknologi dalam sistem pertanian, menurut Sujarwo adalah sebagai fungsi monitoring untuk mengumpulkan informasi presisi pada setiap pertumbuhan komoditas tani.
“Monitoring yang dilakukan secara presisi ini sangat dibutuhkan pada sektor pertanian, untuk hasil produksi tani yang maksimal,” terangnya.
Selain itu, penggunaan teknologi pada sektor pertanian juga dapat mengubah sistem pertanian yang lebih efisien, efektif, serta dapat menekan biaya produksi.
“Nah, penggunaan teknologi akan lebih baik jika dieksekusi oleh anak-anak muda. Sehingga di sini lah perlunya kiprah anak muda pada sektor produksi hulu pertanian,” ujarnya.
Baca juga: Menteri Zulhas Ancam Kepala Daerah yang Alih Fungsi Lahan Pertanian
Salah satu upaya untuk mendorong keterlibatan anak muda pada sektor pertanian, di antaranya adalah keterlibatan berbagai unsur stakeholder, mulai dari kalangan masyarakat secara umum, swasta, maupun pemerintah, untuk mengintervensi dan memberikan kepastian ekonomis dari sektor pertanian. Sehingga, pola pikir bahwa pertanian identik dengan pekerjaan terbelakang, kotor, dan tidak menguntungkan perlahan-lahan dapat dihilangkan.
“Untuk pemerintah, khususnya pemerintah daerah perlu untuk lebih berkonsentrasi untuk memberikan fasilitas dan pendampingan secara menyeluruh kepada anak muda yang bergerak di sektor pertanian,” tuturnya.
Sujarwo mengapresiasi sistem pertanian yang dibentuk PT Petrokimia Gresik melalui program Tawangargo Smart Village di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Program itu, menurutnya bentuk kehadiran salah satu stakeholder dari kalangan swasta untuk mendorong penggunaan teknologi sekaligus mendorong regenerasi petani.
“Program itu adalah satu bangunan yang diciptakan untuk mengedukasi masyarakat dalam rangka mendorong keberlanjutan sektor pertanian,” jelasnya.
“Tinggal saat ini yang menjadi tugas kita bersama adalah membentuk kepastian ekonomis kepada pelaku usaha pertanian. Sebab, salah satu problem yang dihadapi petani saat ini adalah terbatasnya luasan kepemilikan kawasan pertanian, sekaligus belum stabilnya harga hasil tani,” imbuhnya.