Tapi Kembali Ditengah Keluarga
Setiap perjalanan hidup adalah rangkaian dari perpisahan dan pertemuan. Di satu sisi, ada kenangan indah yang tertinggal; di sisi lain, ada kebahagiaan yang menanti di depan.Â
Begitulah perasaan saya dan istri saat ini sebuah campuran antara haru dan sukacita yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Beberapa hari terakhir ini, kebersamaan dengan adik-adik, keponakan, dan sahabat-sahabat tercinta adalah momen yang tak ternilai. Tawa yang mengalir begitu alami, cerita-cerita lama yang kembali dihidupkan, serta kehangatan yang hanya bisa dirasakan di antara keluarga dan sahabat sejati.Â
Semua itu meninggalkan jejak yang dalam di hati kami. Setiap pelukan perpisahan bukan hanya sekadar isyarat bahwa kami akan berpisah untuk sementara waktu, tetapi juga pengingat betapa kuatnya ikatan keluarga dan persahabatan yang telah terjalin selama ini.
Bukan #KaburAja, Tapi Pulang untuk Cinta yang Lebih Besar
Belakangan ini, jagat maya di Tanah Air sedang ramai dengan tagar yang memancing pro dan kontra: #KaburAja. Seperti biasa, di balik setiap aksi pasti ada reaksi. Ada yang setuju, ada yang menentang, dan sisanya mungkin hanya ikut menyimak dari kejauhan.
Namun, bagi saya dan istri tercinta, perjalanan kami kembali ke Australia bukanlah tentang “kabur” atau melarikan diri dari kenyataan. Ini adalah perjalanan pulang Bukan karena ingin menjauh, tetapi justru untuk mendekatkan diri pada ikatan keluarga yang tak ternilai harganya.
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu bulan di Tanah Air tercinta, meresapi kenangan masa lalu, bertemu keluarga, sahabat, dan mencicipi kembali hangatnya suasana kampung halaman, kini saatnya kami kembali ke perantauan.
 Bukan karena kami ingin meninggalkan apa yang ada di sini, melainkan karena di seberang sana, anak, menantu, cucu, cucu mantu, dan cicit menanti dengan penuh cinta.
Perasaan kami? Tentu saja campur aduk. Ada haru saat meninggalkan adik-adik, keponakan, dan sahabat yang begitu berarti. Ada pula rasa syukur karena perjalanan hidup telah mempertemukan kami dengan begitu banyak orang yang peduli.Â
Tapi di atas semua itu, ada kebahagiaan yang tak bisa diukur dengan kata-kata—karena kami tahu, setiap langkah kembali ke Australia adalah langkah untuk merajut kebersamaan dengan keluarga di sana.
Jadi, ini bukan soal lari dari kenyataan atau mencari pelarian. Ini adalah tentang cinta, tanggung jawab, dan kebahagiaan yang hanya bisa dirasakan ketika kita berada di tengah orang-orang yang paling kita sayangi.Â
Salah satu bukti nyata adalah unit mungil Mediterranean Boulevard Apartment lantai 27 BL, masih tetap milik kami. Kalau mau kabur, tentu saja sudah lama kami cashkan
Mohon doaÂ
Mohon doa dari semua sanak saudara dan semua sahabat kami , termasuk sahabat sesama Penulis di Kompasiana ini. Karena mulai subuh ini, kami berdua akan melanjutkan long travelling dari George Town ke  Singapore dan lanjut ke Western Australia. Mohon doa, agar perjalanan ini lancar dan aman hingga tiba kembali dalam pelukan anak mantu cucu serta cucu mantu dan ketiga cicit kami yang menyayangi kami berdua.
Dan semoga, ke mana pun langkah kaki ini membawa, cinta dan kenangan dari Tanah Air tetap terpatri di dalam hati sanubari kami berdua
Kalau boleh dianalagikan ,seperti air yang mengalir mengikuti alurnya, hidup terus membawa kami ke babak baru. Kini, saya dan istri bersiap melanjutkan perjalanan panjang ke Perth, Western Australia, melalui Singapura.Â
Di balik rasa haru meninggalkan orang-orang tercinta di sini, ada harapan besar yang menanti di sana. Anak-anak, menantu, cucu, cucu mantu, dan cicit kami sedang menunggu dengan penuh kerinduan.
Membayangkan pertemuan kembali dengan mereka membawa kebahagiaan yang tak terlukiskan. Ada rasa bangga melihat bagaimana anak-anak kami tumbuh menjadi pribadi yang bijak, bagaimana menantu kami merawat keluarga dengan penuh cinta, serta bagaimana cucu-cucu kami kini telah membangun kehidupan mereka sendiri. Lebih dari itu, melihat cicit-cicit kami tumbuh di dunia yang penuh harapan adalah anugerah yang tak semua orang bisa alami.
Hidup memang tentang keseimbangan. Di satu sisi, kami meninggalkan kehangatan keluarga yang sudah lama tidak kami temui di sini. Di sisi lain, kami akan kembali merasakan pelukan hangat dari keluarga yang telah lama menanti kami di Australia. Setiap detik kebersamaan, baik dengan adik-adik, keponakan, maupun anak cucu, adalah berkah yang harus disyukuri.
Perjalanan ini bukan sekadar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain. Ini adalah perjalanan hati—perjalanan yang mengajarkan kami tentang makna ikatan keluarga yang sejati. Bahwa sejauh apa pun jarak memisahkan, cinta dan kasih sayang tetap menjadi jembatan yang tak pernah runtuh.
Di saat kami melangkah meninggalkan tanah yang penuh kenangan ini, kami membawa doa-doa terbaik untuk semua sanak saudara dan sahabat termasuk sahabat sesama Penulis di Kompasiana ini,yang kami tinggalkan sementara waktu. Semoga kebahagiaan, kesehatan, dan kedamaian selalu menyertai orang orang yang kami sayangi dari lubuk hati terdalam.
Dan saat kami tiba di Perth nanti, pelukan hangat dari anak, cucu, dan cicit kami akan menjadi penghibur atas perpisahan yang baru saja kami jalani.
Hidup, pada akhirnya, adalah tentang menghargai momen-momen kecil yang membentuk cerita besar dalam perjalanan kita. Setiap pertemuan adalah awal dari kenangan baru, dan setiap perpisahan hanyalah jeda sebelum bertemu kembali
Renungan kecil di pagi indahÂ
Tjiptadinata EffendiÂ
