Pantesan Owner Selalu Selamat, Ini Alasan Cuma Sopir yang Dihukum Saat Kecelakaan Kendaraan Niaga Pantesan Owner Selalu Selamat, Ini Alasan Cuma Sopir yang Dihukum Saat Kecelakaan Kendaraan Niaga Pantas saja owner selalu selamat, ini alasan hanya sopir yang dihukum saat kecelakaan kendaraan niaga seperti bus dan truk. Gridoto / News Rezki Alif Pambudi January 28th, 7:45 PM January 28th, 7:45 PM
GridOto.com – Dalam insiden kendaraan niaga seperti kecelakaan bus maupun truk, kebanyakan penyebabnya didominasi dengan alasan yang sama.
Seperti rem blong dan kesalahan teknis kendaraan lainnya, namun yang ironis adalah hanya sopir saja yang akhirnya diganjar hukuman.
Sedangkan pemilik kendaraan ataupun perusahaan angkutan hampir selalu lolos dari hukuman, kendati diduga ada unsur kelalaian di sana.
Banyak yang menyayangkan dan mengkritik hal ini, kenapa harus hanya sopir saja yang selalu dihukum sedangkan pemilik kendaraan aman?
Dewan Penasihat Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) sekaligus pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, memberikan pendapatnya soal fenomena tersebut.
Ia mengungkap bahwa akhir 2024 lalu, kecelakaan yang melibatkan bus dan truk sangat sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
Pada dasarnya posisi sopir berada di TKP dan kebanyakan penyebabnya juga dari sopir, sehingga mereka pun menjadi pihak paling bersalah saat kejadian terjadi.
“Keselamatan angkutan darat sangat menghawatirkan karena berulang terus terjadi. Analisisnya penyebabnya selalu kesalahan sopir, kalau kata polisi,” kata Agus, dalam konferensi pers bersama MTI.
“Misalnya karena mengantuk, atau pengaruh alkohol atau obat-obatan. Tetapi tidak ada upaya untuk menanggulangi. Padahal kejadian ini penyebabnya selalu dari masalah yang sama,” jelasnya, melansir Kompas.com.
Baca Juga: Siap Dimintai Ganti Rugi, Ini Pihak yang Bertanggung Jawab Terkait Lubang di Tol Cipali
Di sisi lain menurut Agus, pada dasarnya penyebab utama hal ini adalah pola kerja dan jam istirahat sopir sehari-harinya sangat tidak seimbang.
Sopir bus misalnya, sering kurang istirahat dengan layak dan ideal karena harus tidur di bawah kolong bagasi bus untuk beristirahat.
Ditambah lagi bus pariwisata juga tidak punya rute pasti, karena berubah-ubah sesuai dengan order dari penyewa bus.
Jam kerja sopir serta istirahatnya yang semakin tidak pasti, ditambah dengan medan yang berbeda di setiap kesempatannya, menambah peluang kecelakaan di jalan.
Kemudian di sana ada faktor tambahan seperti kendaraan yang kurang terawat dan teruji dalam hal penunjang keselamatan.
“Belum kondisi bus yang tidak pernah diperiksa atau KIR atau sebagainya. Jadi persoalan ini tidak pernah ada yang urus. Padahal ini merupakan tanggung jawab pemilik kendaraan juga,” jelas Agus.
Di acara yang sama Pengamat Transportasi sekaligus Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI, Djoko Setijowarno, mengungkap bahwa kesalahan ini berada di sistem.
Ia mengkritik keras sistem penanganan kecelakaan yang selalu menyudutkan sopir saja sebagai pihak yang bersalah.
Djoko pun mendesak agar sistem yang berlaku segera diubah, sehingga semua pihak bisa ikut bertanggung jawab.
“Sistem ini perlu diubah. Semua pihak, mulai dari perusahaan hingga pemilik barang harus ikut bertanggung jawab menjamin keselamatan di jalan raya,” jelasnya.
Jika semua pihak ikut bertanggung jawab, harapannya angka kecelakaan serupa akan berkurang ke depannya.
Â
Copyright Gridoto 2025
Related Article